LEARN AND SHARE KINDNESS TOGETHER

Rabu, 19 Oktober 2011

" MATA IBU " - kisah inspiratif

Ibuku memiliki satu mata. Aku sangat membencinya karena keadaannya itu membuat aku malu. Dia bekerja sebagai tukang masak di dapur sekolahku untuk memenuhi kebutuhan kami. Pada suatu ketika, saat aku masih duduk di bangku SD, dia menghampiriku di hadapan teman-teman. Tindakannya itu membuat aku sangat malu. Bagaimana mungkin dia melakukan ini padaku? Bahkan di depan teman-temanku! Aku mengabaikan...nya, dan memandangnya dengan pandangan yang sinis penuh kebencian. Pada keesokan harinya, teman-temanku menertawakanku. "Hei, mata ibumu satu! Mata ibumu satu!" kata mereka. Sejak saat itu ingin rasanya aku bunuh diri, dan ingin ibuku menjauh dariku selamanya. Aku tidak ingin lagi melihat wajahnya. Aku katakan padanya, "Engkau telah membuat aku sebagai bahan tertawaan. Engkau telah mempermalukanku! Kenapa engkau tidak mati saja?! Huh" Dia diam saja, tidak menjawab kata-kataku. Saat itu aku tidak berpikir apa yang keluar dari mulutku. Karena aku betul-betul marah. Aku tidak tahu apa yang dia rasakan saat itu. Ingin rasanya aku kabur dan meninggalkannya. Tapi aku tidak punya keberanian. Maka, aku pun belajar dengan sungguh-sungguh, sehingga aku berhasil memperoleh beasiswa di Singapura. Aku pun berangkat ke sana . Di Singapura aku juga mendapat pekerjaan yang membuatku mapan. Hasilnya, aku bisa membeli rumah dan menikah. Dari pernikahan itu aku memiliki beberapa orang anak. Hidupku sangat bahagia. Pada suatu ketika, tanpa kuduga ibuku menjengukku ke Singapura. Dia rindu karena sudah lama tidak bertemu denganku. Dan dia juga belum pernah melihat cucu-cucunya. Ketika dia datang, aku berdiri di pintu. Di belakang, anak-anakku berteriak dan tertawa. Aku menghardiknya, "Kenapa engkau datang ke sini?! Kenapa engkau takut-takuti anakku?! Pergi dari Sini!!!" Ia menjawab, "Maaf, sepertinya saya salah alamat." Dan dia pun pergi. Beberapa waktu kemudian, aku mendapat undangan Pertemuan Alumni dari sekolah. Untuk menghadiri undangan itu aku berbohong pada istriku. Aku katakan padanya bahwa aku pergi untuk keperluan kantor. Istriku yakin saja. Maka aku pun pulang kampung untuk menghadiri pertemuan itu. Setelah acara pertemuan usai, aku berdatang ke rumah lama keluargaku, tempat aku dan ibuku tinggal. Aku ke sana hanya untuk melihat-lihat saja. Di rumah itu, aku disambut oleh beberapa orang tetangga. Mereka mengabarkan bahwa ibuku sudah meninggal. Tidak ada perasaan sedih di hatiku saat mendengar berita itu. Kemudian mereka menyampaikan surat ibuku. "Anakku sayang, Ibu sangat rindu padamu. Sejak lama ibu memikirkanmu. Ibu minta maaf atas kelancangan ibu mengunjungimu ke Singapura dan menyebabkan anak-anakmu ketakutan. Ibu sangat senang mendengar bahwa engkau akan datang dalam pertemuan sekolah. Tapi, mungkin ibu tidak bisa bangkit dari tempat tidur untuk melihatmu. Ibu betul-betul minta maaf telah menyebabkan engkau malu sepanjang hidupmu. Anakku, apakah engkau tahu? Dulu, ketika kecil engkau mengalami kecelakaan. Pada peristiwa itu engkau kehilangan matamu. Sebagai seorang ibu, ibu tidak tega melihatmu besar dengan satu mata. Makanya, ibu memberikan padamu "mata ibu." Ibu bangga, melihatmu bisa menatap dunia dengan mata ibu. Salam cinta Ibumu." Ibuuuuuuuuuuuuuuuuu uuu!!!! Jangan tinggalkan aku. Maafkan anakmu, wahai ibu. Ampuni anakmu. Ibuu! Kisah ini diselipkan dalam salah satu klip nasyid Ummi Sami Yusuf. Judul yang diberi oleh orang yang memosting, "Nasyid yang membuat jutaan orang Turki menangis" an Nasyid al ladzi abka al Malaayiin min al atraak" Penulis tidak tahu apakah ini kisah nyata atau fiksi belaka. Namun, bisa kita pastikan apa yang diceritakan dalam kisah ini adalah sesuatu yang sangat mungkin bagi seorang ibu. Semoga Allah merahmati ibu-ibu kita.

SUNDAE CREAM


Minggu siang di sebuah mall, seorang bocah lelaki berumur delapan tahun berjalan menuju ke sebuah gerai tempat penjual es krim. Karena pendek, ia terpaksa memanjat untuk bisa "melihat" si pramusaji.
Penampilannya yang lusuh sangat kontras dengan suasana hingar-bingar mall yang serba wangi dan indah.
"Mbak, sunday cream harganya berapa?" si bocah bertanya.
"Lima ribu rupiah," yang ditanya menjawab.
Bocah itu kemudian merogoh duit recehan dari kantungnya. la menghitung recehan di telapak tangan dengan teliti sementara si pramusaji menunggu dengan raut muka tidak sabar. Maklum, banyak pembeli yang lebih "berduit" antre di belakang pembeli ingusan ini.
"Kalau Plain Cream berapa?"
Dengan suara ketus setengah melecehkan, si pramusaji menjawab, '"Tiga ribu lima ratus!!."

Lagi-lagi si bocah menghitung recehannya. "Kalau begitu saya mau sepiring plain cream saja, Mbak." Kata si bocah sambil memberikan uang sejumlah harga es yang diminta.
Si pramusaji pun segera mengangsurkan sepiring plain cream.

Beberapa saat kemudian, si pramusaji membersihkan meja dan piring kotor yang sudah ditinggalkan para pembeli. Ketika mengangkat piring es krim bekas dipakai bocah tadi, ia terperanjat. Di meja itu terlihat dua keping uang logam lima ratusan serta lima keping recehan seratusan yang tersusun rapi.
Ada rasa penyesalan tersumbat di kerongkongan. Sang pramusaji tersadar, sebenarnya bocah tadi bisa membeli sundae cream. Namun, ia mengorbankan keinginan pribadi dengan maksud agar bisa memberikan tip bagi si pramusaji.

Terkadang banyak orang menilai dan memandang rendah orang lain dari penampilan dan status sosialnya saja.. melihat dan menilai orang lain hanya dari “satu paradigma”, menebak.. tanpa mengenal lebih jauh.
Cerita ini hanya ingin mengatakan : Jangan memandang rendah orang yang “rendah”, seseorang yang dianggap rendah bisa jadi lebih memiliki ketulusan dan cinta yang tidak dibayangkan oleh orang lain yang memandangnya.