
Seorang bos perusahaan besar mengeluh mengapa kinerja usaha-nya tidak maksimal. padahal para karyawan perusahaan tersebut adalah orang-orang bertitel sarjana dan hebat. Tentu para ahli menajemen punya segudang jawaban. Namun, barangkali yang lebih menarik adalah cerita seorang praktisi di bawah ini.
Harry Artinian, mantan petinggi perusahaan Colgate-Palmolive Co. pernah bercerita tentang seorang pengusaha yang bercita-cita membuat mobil idaman. Apa yang dilakukannya? la mengawali cita-cita hebat ini dengan menyewa sebuah gudang dan memenuhinya dengan 150 merek mobil terbaik. la lalu menyuruh para insinyurnya untuk mencari, bagian-bagian yang paling bagus dari setiap mobil-mobil terkemuka yang dibelinya tersebut.
"Demikianlah, akhirnya para insinyur itu me-milih mesin terbaik dari Mercedes, mengambil handle pintu terbaik dari Volvo, mengambil sistem transmisi terbaik dari Toyota, memakai steering-set yang paling handal dari Ford, mengadopsi piranti central-lock dari BMW, mencomot teknologi ABS jempolan dari Nissan, demikian seterusnya. Setiap merek mobil diambil bagian yang terbaik.
Akhirnya, tim insinyur tersebut berhasil membuat sebuah mobil "sempurna" yang terdiri atas 15.000 spare-parts dari beragam merek mobil. Namun, apa yang terjadi? Ternyata mobil idaman ini tak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Pasalnya, antar bagian-bagiannya tidak bisa bekerja sama.
Agar terjadi sinergi serta kerja sama yang harmonis, setiap orang dalam sebuah unit usaha harus-lah berfungsi sebagai tim, bukan sekedar kumpulan individu yang pintar.
(dikutip dari cerita bijak tentang makna kehidupan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar